1. Menurunkan harga
Strategi yang paling mudah adalah dengan menurunkan harga jual barang propertinya. Jika di pasaranharga rumah mewah dengan fasilitas dan aksesibilitas keren dihargai Rp3 miliar, Anda bisa menjualnya dengan Rp 2,8 miliar. Potongan tersebut akan membuat calon konsumen Anda tertarik.
Broker juga bisa menggunakan strategi beberapa mall dan supermarket untuk menaikan dulu harga jualnya, untuk kemudian diturunkan lagi harganya.
2. Transfer knowledge
Terkadang, beberapa orang hanya ikut-ikutan tren, tidak benar-benar tahu apa yang sedang terjadi. Jika seperti itu, broker perlu memberi tahu bahwa ketika ekonomi lesu, saat banyak properti dijual dengan harga murah, saat itulah konsumen perlu beli. Bukan sebaliknya, membeli di saat properti booming dan harga tengah berada di puncak.
Metode transfer knowledge tidak hanya membuat broker dapat closing (menjual produknya), tapi juga bisa memberi solusi bagi konsumen. Jika sudah begitu, konsumen akan percaya penuh pada broker tersebut dan merekomendasikan ke teman-temannya.
3. Gimmick
Anda tentu pernah mendengar beberapa gimmick yang diberikan oleh developer. Seperti beli rumahdapat apartemen, beli apartemen dapat smartphone, atau lain sebagainya. Ya, semua itu akan mampu menarik perhatian calon konsumen yang ingin membeli hunian.
Ekonomi lesu bukan berarti tidak ada konsumen, rumah selalu dibutuhkan, hanya saja, bagaimana Anda mampu mengemas produk tersebut dan menyajikannya berbeda dengan yang lain.
4. Added value
Tak ubahnya dengan gimmick, memberi added value juga merupakan strategi untuk menampilkan produk yang terkesan berbeda. Hanya saja, gimmick biasanya dikemas dengan menambahkan barang lain yang mampu menarik minat konsumen, sementara Added value biasanya berupa kualitas.
Contohnya adalah menambahkan sistem controlling rumah dengan teknologi internet/wifi yang disematkan pada ponsel pintar. Atau, Anda juga bisa merenovasi rumah tersebut dengan memberi tambahan aksesoris atau interior yang unik dan keren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar