Lokasi Rumah Langganan Banjir, Ini Solusinya
Posted on Kamis, 15 Desember 2016 - 08:41:35 WIB by danu
Banjir kini menjadi langganan banyak daerah hunian, tak terkecuali Jakarta dan sekitarnya.Tetapi lain halnya dengan kawasan Cibubur yang bebas banjir. Hujan deras sebentar saja genangan air sudah di mana-mana. Kawasan padat pun menjadi langganan banjir.
Apesnya, air banjir sering masuk sampai ke dalam rumah. Ketika hujan berhenti, penghuni rumahpun sibuk membersihkan sisa air berikut lumpur dan sampahnya. Jika siklus banjir per lima tahun, atau 10 tahun, barangkali bisa dimaklumi. Tapi, bila setiap hujan turun rumah kebanjiran, tentu saja sangat menjengkelkan.
Solusi terbaik adalah pindah rumah, memilih kawasan aman bebas banjir. Tapi, tak semudah itu. Harga rumah di Jakarta selangit. Rumah berada di kawasan banjir pun sulit dijual, dan harganya turun. Di sisi lain, barangkali Anda terlanjur betah dengan lingkungan sekitar sehingga malas pindah rumah. Dilema, bukan!
Anda ogah pindah rumah, tapi tidak mau juga kena banjir. Kalau ini pilihannya, yang bisa dilakukan adalah menyiasati dan meminimalisir air yang masuk ke rumah Anda. Bagaimana caranya? Berikut ini kiatnya:
Menaikkan ruang tamu
Sebagai pelanggan banjir pasti penghuni rumah sudah mengetahui berapa ketinggian air yang masuk ke dalam rumah. Ruangan mana saja yang sering disinggahi banjir. Jika air masih rendah, di bawah 50 sentimeter, langkah efektif yang bisa dilakukan adalah menambah permukaan rumah agar lebih tinggi. Naikkan permukaan rumah di atas 50 cm.
Kalau dana terbatas, cukup ruangan yang terkena banjir saja yang dinaikkan. Alternatif lain, permukaan yang dinaikkan hanya ruangan yang mempunyai akses ke luar. Karena, ruangan itu menjadi jalan masuknya air ke dalam rumah. Misalnya, permukaan ruang tamu, dan ruangan dari garasi (biasanya dapur) dinaikan 50 cm.
Meninggikan permukaan teras
Sebelum menaikkan permukaan ruang tamu, permukaan teras juga perlu dinaikkan beberapa sentimeter. Dari teras rumah menuju ke ruang tamu ditinggikan dengan menambah beberapa anak tangga. Jumlah anak tangga tergantung ketinggian banjir yang sering dialami masing-masing penghuni rumah. Kalau kurang dari 50 cm, tiga atau empat anak tangga sudah memadai.
Perhatikan dapur dan anak tangga
Kedua akses keluar ini bisa menghalangi air masuk ke dalam rumah. Kini banjir berada di bawah batas permukaan. Jadi yang dinaikkan hanya ruangan yang memungkinkan air masuk dari luar saja.
Bagaimana dengan ruangan lain? Ruangan lain tidak perlu diganggu gugat. Karena, permukaan ruang tamu dan dapur yang sudah ditinggikan dapat menghalangi masuknya air ke ruangan lain, seperti ruang tengah (ruang keluarga) dan kamar tidur. Tentu, jangan sampai ada pintu atau lubang, yang dapat menjadi jalan masuknya air ke ruangan-ruangan tersebut.
Mezzanine
Untuk banjir yang ketinggian airnya lebih dari satu meter, penangannya berbeda. Perlu strategi lain. Alternatifnya adalah rumah model mezzanine. Bagian lantai dasar rumah hanya untuk ruang yang simple, tidak membutuhkan banyak barang, seperti garasi, gudang, kamar pembantu, dan carpot.
Lantai berikutnya merupakan rumah yang sebenarnya, terdiri dari ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, ruang keluarga, dan dapur. Tangga menuju lantai dua bisa dibuat dari luar rumah. Di atas carpot, di luar taman, perlu ditanami rumput yang berfungsi pula sebagai resapan air.
Perabotan minimalis
Tata ruang tamu di lantai dasar dengan perabotan seminimal mungkin. Jangan memaksakan ingin menaruh furniture yang berat karena akan merepotkan ketika banjir datang. Jika memungkinkan, ruang tamu dibuat model lesehan. Alas duduk dari beton yang di atasnya diberi bantal-bantal untuk alas duduk. Bisa juga diberi jok-jok kecil ala lesehan Jepang. Maka, ketika banjir datang mudah saja, tinggal tarik karpet, mengangkat meja tamu, dan bantal-bantal, ke lantai atas. Praktis, kan?
Jika ruang makan berada di lantai dasar penataannya dikemas seminimal mungkin pula. Model lesehan seperti di restoran cukup menarik. Tinggal interiornya dikemas lebih cantik.
Tahan air
Selain penataan rumah, perlu juga memilih material rumah dan perabotan yang tahan air. Pintu-pintu dan kerangkanya jangan sampai gampang keropos atau lapuk saat terkena banjir.
Apesnya, air banjir sering masuk sampai ke dalam rumah. Ketika hujan berhenti, penghuni rumahpun sibuk membersihkan sisa air berikut lumpur dan sampahnya. Jika siklus banjir per lima tahun, atau 10 tahun, barangkali bisa dimaklumi. Tapi, bila setiap hujan turun rumah kebanjiran, tentu saja sangat menjengkelkan.
Solusi terbaik adalah pindah rumah, memilih kawasan aman bebas banjir. Tapi, tak semudah itu. Harga rumah di Jakarta selangit. Rumah berada di kawasan banjir pun sulit dijual, dan harganya turun. Di sisi lain, barangkali Anda terlanjur betah dengan lingkungan sekitar sehingga malas pindah rumah. Dilema, bukan!
Anda ogah pindah rumah, tapi tidak mau juga kena banjir. Kalau ini pilihannya, yang bisa dilakukan adalah menyiasati dan meminimalisir air yang masuk ke rumah Anda. Bagaimana caranya? Berikut ini kiatnya:
Menaikkan ruang tamu
Sebagai pelanggan banjir pasti penghuni rumah sudah mengetahui berapa ketinggian air yang masuk ke dalam rumah. Ruangan mana saja yang sering disinggahi banjir. Jika air masih rendah, di bawah 50 sentimeter, langkah efektif yang bisa dilakukan adalah menambah permukaan rumah agar lebih tinggi. Naikkan permukaan rumah di atas 50 cm.
Kalau dana terbatas, cukup ruangan yang terkena banjir saja yang dinaikkan. Alternatif lain, permukaan yang dinaikkan hanya ruangan yang mempunyai akses ke luar. Karena, ruangan itu menjadi jalan masuknya air ke dalam rumah. Misalnya, permukaan ruang tamu, dan ruangan dari garasi (biasanya dapur) dinaikan 50 cm.
Meninggikan permukaan teras
Sebelum menaikkan permukaan ruang tamu, permukaan teras juga perlu dinaikkan beberapa sentimeter. Dari teras rumah menuju ke ruang tamu ditinggikan dengan menambah beberapa anak tangga. Jumlah anak tangga tergantung ketinggian banjir yang sering dialami masing-masing penghuni rumah. Kalau kurang dari 50 cm, tiga atau empat anak tangga sudah memadai.
Perhatikan dapur dan anak tangga
Kedua akses keluar ini bisa menghalangi air masuk ke dalam rumah. Kini banjir berada di bawah batas permukaan. Jadi yang dinaikkan hanya ruangan yang memungkinkan air masuk dari luar saja.
Bagaimana dengan ruangan lain? Ruangan lain tidak perlu diganggu gugat. Karena, permukaan ruang tamu dan dapur yang sudah ditinggikan dapat menghalangi masuknya air ke ruangan lain, seperti ruang tengah (ruang keluarga) dan kamar tidur. Tentu, jangan sampai ada pintu atau lubang, yang dapat menjadi jalan masuknya air ke ruangan-ruangan tersebut.
Mezzanine
Untuk banjir yang ketinggian airnya lebih dari satu meter, penangannya berbeda. Perlu strategi lain. Alternatifnya adalah rumah model mezzanine. Bagian lantai dasar rumah hanya untuk ruang yang simple, tidak membutuhkan banyak barang, seperti garasi, gudang, kamar pembantu, dan carpot.
Lantai berikutnya merupakan rumah yang sebenarnya, terdiri dari ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, ruang keluarga, dan dapur. Tangga menuju lantai dua bisa dibuat dari luar rumah. Di atas carpot, di luar taman, perlu ditanami rumput yang berfungsi pula sebagai resapan air.
Perabotan minimalis
Tata ruang tamu di lantai dasar dengan perabotan seminimal mungkin. Jangan memaksakan ingin menaruh furniture yang berat karena akan merepotkan ketika banjir datang. Jika memungkinkan, ruang tamu dibuat model lesehan. Alas duduk dari beton yang di atasnya diberi bantal-bantal untuk alas duduk. Bisa juga diberi jok-jok kecil ala lesehan Jepang. Maka, ketika banjir datang mudah saja, tinggal tarik karpet, mengangkat meja tamu, dan bantal-bantal, ke lantai atas. Praktis, kan?
Jika ruang makan berada di lantai dasar penataannya dikemas seminimal mungkin pula. Model lesehan seperti di restoran cukup menarik. Tinggal interiornya dikemas lebih cantik.
Tahan air
Selain penataan rumah, perlu juga memilih material rumah dan perabotan yang tahan air. Pintu-pintu dan kerangkanya jangan sampai gampang keropos atau lapuk saat terkena banjir.